Selasa, 24 Juni 2008

Bermula dari Ngamboh

Apa itu Desa Lestari? Desa Lestari merupakan label dari sebuah program pelestarian alam dan konservasi lingkungan di pedesaan. Pada dasarnya ide munculnya Desa Lestari berawal dari sebuah keprihatinan akan semakin lunturnya semangat masyarakat desa dalam menjaga lingkungan dan ekologi yang ada di sekitarnya.
Dari keprihatinan itu maka dibutuhkan upaya bagaimana mengembalikan spirit dan kesadaran warga desa untuk menjaga serta melestarikan lingkungan desanya. Mulai dari pembersihan sungai, penataan tanaman, pembuatan kamar mandi umum, dan gerakan membuang sampah pada tempatnya. Hal tersebut memang hanyalah langkah kecil saja, akan tetapi dari langkah kecil itulah semua akan memberi makna penting bagi pelestarian lingkungan maupun kehidupan warga desa sendiri.
Yulianus Sunarto, salah satu warga dusun Ngamboh, Margorejo, Tempel, Sleman, menjadi sosok sentral yang membangkitkan kembali kesadaran warga desa akan pelestarian lingkungan dan ekologi. “Saya prihatin limbah yang tercecer di mana-mana menyebabkan desa yang indah menjadi kumuh,” demikian penuturan Sunarto.
Keprihatinan Sunarto tak hanya sampai di situ. Karakter masyarakat desa yang terus bergeser dari sikap gotong royong menjadi egois dan materialistis juga menjadi keprihatinannya. Indikasi itu terlihat dari tindakan-tindakan mengeksplorasi kekayaan alam dari sungai, mengambil batu alam dari bukit yang menjadi penyebab longsor. Sungai-sungai merana kosong tanpa ikan diganti sampah rumah, mulai dari plastik hingga deterjen. Aksi menembak burung dan menyetrum ikan menjadi tindakan tak terpuji para remaja desa. “Itu semua menjadikan desa berubah karakter dari anggun dan indah menjadi memelas dan merana,” ungkap Sunarto, prihatin.
Lalu, langkah konkret mengembalikan kelestarian lingkungan desa pun segera dilakukannya. Mulai dari diri sendiri hingga menggalang kebersamaan dengan warga. Kebersamaan dibangun mulai dari yang sederhana seperti membangun toilet umum dan sumur resapan air di tepi sungai. Dilanjutkan membuat kolam warga dengan memanfaatkan ketersediaan air sungai.
Tak sia-sia, pendekatan konservasi seperti itu kiranya efektif mengembalikan ikatan kebersamaan di antara warga desanya. Tak sedikit warga yang memanfaatkan pinggiran kolam sebagai wahana berinteraksi di antara mereka.
Warga dusun Ngamboh secara bertahap mulai banyak yang sadar akan kelestarian lingkungannya. Keberadaan kolam yang asri di tepi sungai dengan sendirinya membuat warga desa malu untuk mengotori atau merusak lingkungan sekitarnya. Kebersihan sungai pun akhirnya terjaga dengan sendirinya.
Kerja keras menata ekologi dan lingkungan dusun ini secara tak langsung memberi nilai tambah pada kehidupan ekonomi warga Ngamboh. Kehadiran sungai yang bersih dan lingkungan yang asri memungkinkan warga memanfaatkannya sebagai pusat usaha mulai dari perikanan, peternakan, dan perkebunan. Dari sinilah warga secara bertahap membangun kemandiriannya.
Upaya konservasi pada akhirnya memiliki korelasi dengan upaya peningkatan ekonomi masyarakat. Sebab bagaimanapun konservasi lingkungan akan bisa berjalan asalkan ekonomi masyarakat sekitar diberdayakan. Hal itu sudah menjadi keyakinan Sunarto sejak mengawali program ini.
Dusun lain pun mulai melirik upaya konservasi yang terjadi di Ngamboh. Maka, satu per satu dusun tetangga mulai turut membenahi ekologi dan lingkungannya. Mulai dari dusun Kadirojo, Kadiluwih, Jurugan, Pandan Saren dan Kuncen. Semua dusun ini ada di Desa Bangunkerto, Kabupaten Sleman. DIY.
Keterlibatan enam dusun inilah yang selanjutnya menggerakkan sang pionir menggulirkan program Desa Lestari. Sebab, pada akhirnya keenam dusun ini bisa menjadi proyek percontohan dusun yang berhasil melakukan konservasi alam sekitarnya. Diakui Sunarto, program ini akan kurang berhasil jika hanya dilakukan di dusun Ngamboh semata. Karena itu dibutuhkan penyebarluasan ke dusun-dusun sekitarnya. ”Dukungan warga sekitarnya juga mutlak diperlukan agar program desa lestari bisa berkesinambungan,” ungkapnya.
Maka pada 24 November 2005 program Desa Lestari pun dikukuhkan secara resmi oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X dengan berkesempatan menebarkan benih ikan di sungai. Peresmian ini juga turut disaksikan Sekretaris Daerah DIY Bambang S. Priyohadi, dan Wakil Bupati Sleman Sri Purwono.
Nah, kini program desa lestari itu telah digulirkan di dusun Ngamboh. Sebuah upaya menghijaukan kembali alam desa demi mewujudkan keseimbangan ekosistem yang hampir hilang. Bagaimana dengan dusun atau desa Anda?